TRADISI RAMBU SOLOK KHAS SUKU TANA TORAJA


Rambu Solok mungkin belum familiar di telinga Anda, tapi jika disebutkan kata Toraja, tentu Anda akan setuju dengan keunikan etnik tersebut. Ya, Toraja adalah salah satu etnik yang terdapat di Sulawesi Selatan. Mereka menduduki kawasan pegunungan Tana Toraja yang terletak 328 Km sebelah utara kota Makassar dan diperkirakan berjumlah 1 juta jiwa. Istilah Toraja adalah dari bahasa bugis to riaja. 'To' bermaksud orang dan 'riaja' bermaksud bukit. Maka Toraja bermaksud orang yang datang dari bukit. Ada juga versi lain bahwa kata Toraya berasal dari To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. 

Seeblum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme. Pada tahun 1900-an, misionaris Belanda kemudia datang dan menyebarkan agama Kristen. Dan setelah semakin terbuka kepada dunia luar, kabupaten Tana Toraja menjadi salah satu lambang pariwisata nasional. Masyarakat Toraja telah banyak mengalami transformasi budaya, dan kini mengandalkan sektor pariwisata sebagai daya tarik daerah. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, dan disebut Rambu Solok.

Rambu Solok merupakan sebuah ritual sekaligus perayaan besar bagi suku Toraja. Jika suku lain mengumbar kesedihan saat melakukan penguburan kerabat yang meninggal, maka suku Toraja akan merayakannya dengan sebuah pesta. Selain itu, penguburan jenazah tidak dilakukan dengan dikubur melainkan dimasukkan ke dalam peti dan diletakkan di dalam gunung atau bebatuan raksasa yang sudah dipahat dan dilubangi hingga menyerupai sebuah ruangan. Demikianlah terciptanya alam pegunungan dan bebatuan di Tana Toraja sehingga dapat difungsikan oleh penduduknya. 

 Khusus untuk rambu solok, masyarakat Toraja percaya tanpa upacara penguburan ini maka arwah orang yang meninggal tersebut akan memberikan kemalangan bagi orang-orang yang ditinggalkannya. Rambu Solok adalah rangkaian kegiatan yang rumit serta membutuhkan banyak biaya. Persiapannya pun berbulan-bulan. Oleh karena itu, biasanya jenazah yang akan dimakamkan disimpan terlebih dahulu di dalam rumah keluarga hingga hari dimana keluarga menyanggupi untuk mengadakan pesta pemakanannya. Bahkan ada jenazah yang harus menunggu hingga bertahun-tahun sebelum akhirnya dimakamkan. 

Dalam kepercayaan masyarakat Tana Toraja, prinsip semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat rohnya untuk sampai ke nirwana. Bagi kalangan bangsawan yang meninggal, keluarga harus memotong kerbau yang jumlahnya 24-100 ekor sebagai kurban (Ma’tinggoro Tedong), dan satu diantaranya harus berupa kerbau belang yang terkenal mahalnya.  

Toraja tidak hanya menyuguhkan pemandangan indah pegunungan dan bukit-bukit batunya, tapi saat ini ritual Rambu Solok beserta “rumah masa depan” menjadi daya tarik pariwisata yang unik sekaligus menegangkan.

Beberapa tempat wisata yang dapat Anda kunjungi dan menambah pengalaman berpetualang Anda di Tana Toraja, antara lain adalah:

1. Londa
Londa adalah bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah satunya terletak di tempat yang tinggi dari bukit dengan gua yang dalam dimana peti-peti mayat diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainnya dibiarkan terbuka menghadap pemandangan hamparan hijau. 

2. Pallawa
Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan atau rumah adat yang menarik dan berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit. Tongkonan tersebut didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang ditancapkan di bagian depan rumah adat.
Masyarakat Toraja hidup dalam komunitas kecil dimana anak-anak yang sudah menikah akan meninggalkan orangtua mereka dan memulai hidup baru di tempat lain. Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial.ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangat penting dalam kehidupan spiritual suku toraja, termasuk rambu

3. Kete Kesu
Objek-objek yang terdapat di desa ini adalah tongkonan, lumbung padi dan bangunan megalith di sekitarnya. Di belakang perkampungan ini terdapat situs perkuburan tebing dengan kuburan bergantung. Masyarakat desa ini juga terkenal dengan keahlian seni ukir yang dimilikinya sehingga banyak suvenir yang dapat diperoleh dari tempat ini.

4. Lemo
Lemo merupakan tempat pemakaman yang sering disebut dengan rumah para arwah. Anda dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual adat. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti melalui upacara Ma Nene.