BENTENG OTANAHA - WISATA SEJARAH DI GORONTALO


Benteng Otanaha merupakan objek wisata yang terletak di atas bukit di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1522. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.

otanaha

Sekitar abad ke-15, dugaan orang bahwa sebagian besar daratan Gorontalo adalah air laut. Ketika itu, Kerajaan Gorontalo di bawah Pemerintahan Raja Ilato, atau Matolodulakiki bersama permaisurinya Tilangohula (1505–1585). Mereka memilik tiga keturunan, yakni Ndoba (wanita), Tiliaya (wanita), dan Naha (pria). Waktu usia remaja, Naha melanglang buana ke negeri seberang, sedangkan Ndoba dan Tiliaya tinggal di wilayah kerajaan. Suatu ketika sebuah kapal layar Portugal singgah di Pelabuhan Gorontalo Karena kehabisan bahan makanan, pengaruh cuaca buruk, dan gangguan bajak laut. Mereka menghadap kepada Raja Ilato. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan, bahwa untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri, akan dibangun atau didirikan tiga buah benteng di atas perbukitan Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat yang sekarang ini, yakni pada tahun 1525.



Ternyata, para nakhoda Portugis hanya memperalat Pasukan Ndoba dan Tiliaya ketika akan mengusir bajak laut yang sering menggangu nelayan di pantai. Seluruh rakyat dan pasukan Ndoba dan Tiliaya yang diperkuat empat Apitalau, bangkit dan mendesak bangsa Portugis untuk segera meninggalkan daratan Gorontalo. Para nakhkoda Portugis langsung meninggalkan Pelabuhan Gorontalo. Ndoba dan Tiliaya tampil sebagai dua tokoh wanita pejuang waktu itu langsung mempersiapkan penduduk sekitar untuk menangkis serangan musuh dan kemungkinan perang yang akan terjadi. Pasukan Ndoba dan Tiliaya, diperkuat lagi dengan angkatan laut yang dipimpin oleh para Apitalau atau ‘kapten laut’, yakni Apitalau Lakoro, Pitalau Lagona, Apitalau Lakadjo, dan Apitalau Djailani. Sekitar tahun 1585, Naha menemukan kembali ketiga benteng tersebut. Ia memperistri seorang wanita bernama Ohihiya. Dari pasangan suami istri ini lahirlah dua putra, yakni Paha (Pahu) dan Limonu.


Pada waktu itu terjadi perang melawan Hemuto atau pemimpin golongan transmigran melalui jalur utara. Naha dan Paha gugur melawan Hemuto. Limonu menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya. Naha, Ohihiya, Paha, dan Limonu telah memanfaatkan ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Dengan latar belakang peristiwa di atas,maka ketiga benteng dimaksud telah diabadikan dengan nama sebagai berikut. Pertama, Otanaha. Ota artinya benteng. Naha adalah orang yang menemukan benteng tersebut. Otanaha berarti benteng yang ditemukan oleh Naha. Kedua, Otahiya. Ota artinya benteng. Hiya akronim dari kata Ohihiya, istri Naha Otahiya, berarti benteng milik Ohihiya. Ketiga Ulupahu.Ulu akronim dari kata Uwole,artinya milik dari Pahu adalah putera Naha.Ulupahu berarti benteng milik Pahu Putra Naha. Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu dibangun sekitar tahun 1522 atas prakarsa Raja Ilato dan para nakhoda Portugal.

Keunikan dari benteng ini bangunanya terbuat dari campuran kapur dan putih burung aleo. Karena letaknya yang berada dipuncak bukit maka dari benteng ini dapat dilihat pemandangan danau limboto. Selain benteng Otanaha didekatnya pula dua buah benteng yaitu benteng Otahiya dan Ulupahu.

Panorama yang ditawarkan dari Benteng Otanaha adalah panorama Kota Gorontalo dan Danau Limboto. Sepanjang mata memandang, mata dimanjakan pemandangan yang bagus karena lokasi benteng yang berada di ketinggian memang memungkinkan untuk melayangkan pemandangan ke mana saja.

Benteng ini konon dibangun oleh pejuang-pejuang Gorontalo sebagai benteng pertahanan untuk melawan Belanda.Konstruksi benteng berbentuk bulat dengan pondasi dari batu-batu alam. Tinggi benteng sekitar 7 meter dan diameter benteng mungkin sekitar 20 meter. Terdapat 3 benteng yang dihubungkan dengan jalan setapak untuk menuju ke tiap-tiap benteng.Lokasinya yang berada di atas bukit memang sangat strategis sebagai benteng pertahanan sekaligus menara intai saat jaman perang dulu.

Untuk mencapai benteng ini juga mudah, 30 menit dari Kota Gorontalo ke arah Danau Limboto. Untuk sampai ke atas bisa dengan berjalan kaki melalui 1000 anak tangga atau membawa kendaraan sampai di atas bukit dan diparkir di depan benteng. Pengunjung akan dikenai tiket masuk sebesar 5.000 rupiah dan sudah bisa menikmati suasana Benteng Otanaha sepuasnya.