RUMAH TERUNIK DI INDONESIA


Mau tahu rumah-rumah unik yang ada di Indonesia? Berikut rumah-rumah tersebut:

Rumah Domes



Rumah domes terdapat di perkampungan domes New Nglepen, Jogja. Di perkampungan ini terdapat rumah-rumah putih berbentuk kubah atau setengah bola yang dirancang sebagai perumahan tahan gempa. Warga di sekitar menyebut rumah domes ini sebagai rumah Teletubbies.

Rumah pohon



Di Papua, suku Korowai membangun rumah mereka di atas pohon. Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Masyarakat adat Korowai dijuluki "orang pohon" karena selalu membuat rumah yang bertengger di atas pepohonan.

Goa Gala



Gua ini merupakan tempat tinggal dari seorang pertapa yang bernama Made Byasa yang dibuat selama sekitar 15 tahun dengan peralatan yang sederhana menjadikannya sebagai rumah tinggal di bawah tanah dalam liang batu kapur. Goa Gala terletak di Nusa Lembongan, Bali. Seperti rumah pada umumnya, dalam rumah tinggal Made Byasa ini terdapat ruang tamu, dua buah kamar tidur, kamar mandi, sumur dan dua buah dapur.

Istana Wong Sintinx



Rumah yang terletak di Jakarta Timur ini merupakan milik paranormal Ki Joko Bodo. Ki Joko Bodo memberi judul yang terpampang secara mencolok di dinding depan rumahnya dengan tajuk ”Istana Wong Sintinx” (Istana Orang Gila). Rumah ini unik dengan kehadiran simbol burung hantu dan ular naga di bagian teratas.

Rumah Botol



Rumah yang memanfaatkan botol bekas minuman berenergi ini mendapat gelar juara dalam Green Design Award 2009, yang diselenggarakan oleh BCI Asia. Rumah ini menghabiskan 30.000 botol bekas yang berdiri di atas tanah seluas 373 meter persegi, di kawasan Cigadung Selatan, Bandung. Selain ramah lingkungan, rumah botol juga berjasa dalam penghematan energi. Dindingnya yang terbuat dari kaca, membuat sinar matahari lebih mudah masuk sehingga tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari.

Rumah gurita



Patung gurita yang nemplok di atap sebuah rumah di Bandung ini membuat rumah ini terlihat unik. Patung gurita itu difungsikan sebagai payung untuk menaungi ruang makan yang berada di bawahnya. Masyarakat mengenal rumah ini sebagai rumah gurita.

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com

HOTEL UNIK DI INDONESIA


Sudah bosan dengan hotel yang biasa-biasa saja?.. Kali ini Indonesiatop.blogspot.com akan membahas tentang hotel yang lain dari biasanya. Ada beberapa hotel atau penginapan di Indonesia yang bentuknya unik. Cocok untuk anda yang ingin merasakan nuansa lain.

1. Hotel Amanjiwo


Amanjiwo adalah tempat penginap super eksklusif nan terpencil tapi indah luar biasa. Dari hotel ini anda dapat melihat pemandangan Borobudur dari jauh. Lokasi Hotel Borobudur Magelang , Jawa Tengah

2. Vila Apung Nirvana Roemah Air


Nirvana Roemah Air terdiri dari villa-villa yang terapung diatas laut. Bangunan hotel tidak tertancap pada terumbu karang, melainkan dibuat mengapung. Lokasi: Sekotong, Lombok Barat,NTB

3. Caravan taman safari


Ingin merasakan menginap di Caravan?.. Coba saja Caravan Taman Safari. Lokasi: Taman Safari, Jawa Barat

4. Rumah pohon Mekarsari


Di rumah pohon Mekarsari anda dapat merasakan tinggal di rumah pohon yang memiliki fasilitas setara dengan hotel berbintang. Lokasi: Cileungsi, Jawa Barat.

5. Hotel Pacific Palace Batam


Hotel ini mempunyai bentuk bangunan seperti kapal pesiar. Lokasi: Batam, Kep. Riau.

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com/
RAS INDONESIA

RAS INDONESIA


Ras Indonesia kami menyebutnya dengan demikian. Ras ini terdiri dari seluruh suku yang ada di Indonesia seperti Jawa, Sunda, Minang, Melayu, Dayak, Bugis, Bali, Sasak, Papua dan sebagainya. Seluruh suku ini rata-rata memiliki persamaan fisik yaitu kulit sawo matang, ukuran tubuh kecil, hidung kecil dan rambut hitam.

Umumnya orang Indonesia menganggap orang asing yang putih, tinggi, langsing, hidung mancung, bibir tipis, dan rambut pirang lebih cantik atau tampan. Kita harus mulai belajar memahami cantik dari berbagai sudut pandang. Ternyata beberapa orang Indonesia yang di Indonesia dianggap biasa aja, menurut pandangan orang negara lain malah dianggap cantik. Begitu juga sebaliknya, yang di Indonesia dianggap cantik, belum tentu cantik di mata orang asing. Sebenarnya orang berpredikat tampan-cantik itu berkulit coklat, hidung kecil, mata hitam, rambut hitam. Ciri fisik itu dimiliki ras Indonesia.

Warna Kulit orang Indonesia lebih sexy.
Kulit coklat dan kuning langsat merupakan warna kulit yang khas dari ras kita sendiri dan sangat mencerminkan Indonesia. Di Eropa dan Amerika Kulit yang coklat dianggap lebih sexy. Di Eropa dan Amerika banyak orang yang sengaja membuat kulitnya coklat dengan pergi berjemur. Di AS-Eropa banyak salon pencokelat kulit. Menurut wikipedia ada 30 Juta wanita kulit putih AS pelanggan 50 Ribu salon pencokelat kulit dengan nilai pasar Rp. 50 Trilliun setahun.

Kita sebagai ras Indonesia, tercipta dengan pigmen kulit dominan yaitu pigmen eumelanin (pigmen yang menyebabkan kulit coklat sampai hitam) dan pigmen karoten (penyebab warna kuning), makanya sebagian besar orang-orang Indonesia mempunyai kulit sawo matang dan kuning langsat. Orang Indonesia yang paling putih berwarna kuning langsat lebih indah dari kulit orang Eropa yang pucat kemerahan. Yang paling hitamnya tidak kalah manis, orang Ambon, Flores dan Papua memiliki warna kulit lebih coklat tapi tidak sehitam orang Afrika. Warna coklatnya pas. Warna cokelat-hitam terlihat lebih menggemaskan dan manis daripada warna putih. Kulit coklat memang lebih keren, seksi, dan eksotis. Di Amerika Serikat orang berkulit cokelat dianggap tampan dan disukai mahasiswi kulit putih AS.

Kelebihan lainnya dari kulit kita yaitu lebih tahan radiasi ultraviolet. Dalam tubuh kita ada zat yang bernama melanin yang membuat kulit kita berwarna kecoklatan. Melanin mempunyai fungsi utama yaitu melindungi epidermis dan dermis dari bahaya radiasi ultraviolet.

MISS World 2009, Kalane Aldortno kelahiran Gibraltar, daerah di Eropa barat daya dekat perairan Spanyol, memuji perempuan Indonesia yang punya Jenis dan warna kulit yang Indah. Dia begitu menyukai perempuan Indonesia yang punya banyak warna kulit. Karena, di tempat kelahirannya hampir semua perempuan kulitnya berwana gelap dan kecokelatan. "Di negara saya mungkin warna kulit seperti Ini lebih dikenal sebagai mediteranian. Jadi, waktu melihat kulit perempuan Indonesia yang berbagai Jenis dan warnanya, ada yang putih, kuning, kecokelatan. dan gelap, saya Jadi agak Iri. Apalagi, semua terlihat mulus dan seperti bersinar," ucap Kalane saat ditemui di sela-sela kunjungannya pada acara pemilihan Miss Indonesia 2010 di sebuah pusat perbelanjaan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Hidung kecil lebih manis.
Bangsa Indonesia rata-rata memiliki hidung yang kecil. Kalau mancung juga mancung yang indah tidak terlalu besar. Bangsa lain seperti Eropa dan Iran hidung yang sangat mancung dan panjang, bahkan ada yang melakukan bedah plastik untuk "dipotong dan dipendekkan hidungnya. Hidung Indonesia yang mancung kecil dipandang sebagai hidung yang sempurna. Orang Indonesia yang berhidung pesek pun sebenarnya membuat wajah menjadi lebih manis.

Pada film-film futuristrik sering digambarkan alien yang telah berevolusi sempurna. Digambarkan alien itu memiliki Hidung yang begitu kecil dan pesek malah bisa dibilang hidungnya hanya lubang kecil saja, mungkin pada masa depan kandungan oksigen di udara sangat tipis. Dengan hidung kecil juga manusia telah dipersiapkan untuk menghadapi polusi udara. Bisa dibayangkan, betapa susahnya kita memakai masker di tengah polusi udara andaikata hidung kita semancung hidung gajah.

Keuntungan lainnya dari berhidung kecil yaitu daya jangkau penglihatan orang berhidung pesek lebih luas daripada yang berhidung mancung karena tidak menghalangi pandangan mata. Hidung yang terlalu mancung dapat mengganggu penglihatan pandangan mata karena terhalang hidungnya yang mancung.

Orang Indonesia tampak lebih awet muda. 
Dibandingkan dengan individu pada usia yang sama dari etnis kulit putih (Kaukasia), Afrika, latin dan Arab, maka kita bangsa Indonesia diberkahi Tuhan dengan keistimewaan lebih tampak awet muda. Kulit orang Indonesia relatif lebih tebal dan komposisi serat-serat kolagennya jauh lebih kaya. Oleh karena itu, kerutan-kerutan dan kekenduran kulit yang terjadi akan jauh lebih ringan dibandingkan etnis kulit putih. Proses penuaan ditandai dengan penurunan elastisitas serabut-serabut kolagen; pada etnis kulit putih dengan komposisi serat kolagen yang lebih sedikit maka akan terlihat lebih cepat tua daripada orang Indonesia.

Orang Indonesia cenderung tampak muda daripada usia yang sesungguhnya. Orang Indonesia bisa lebih tampak lebih muda 5 s.d 10 tahun dibandingkan etnis Eropa, Arab ataupun Afrika. Orang Indonesia yang berumur 30 tahun, di eropa bisa dikira masih berumur 20 tahunan..

Tubuh lebih kecil lebih canggih.
Biasanya orang menganggap postur tubuh yang lebih tinggi dan besar, dalam evolusi ditafsirkan sebagai sinyal dari sumber genetika yang lebih berkualitas. Juga orang yang lebih jangkung, ditafsirkan memiliki kualitas kesehatan lebih baik. Padahal kita tahu bahwa sebenarnya alat yang canggih biasanya lebih kecil, lebih ringan dan hemat tempat.

Ras yang lebih besar dan kuat belum tentu berevolusi lebih baik. Buktinya gajah lebih kuat dan besar dibandingkan manusia tapi apakah gajah lebih sempurna dari manusia. Di masa lalu bumi dipenuhi oleh makhluk-makhluk bertubuh besar seperti dinosaurus. Di masa kini banyak makhluk yang bertubuh lebih kecil dibandingkan zaman dulu sehingga membuat persediaan makanan di dunia tetap cukup. Makhluk yang bertubuh kecil lebih cocok untuk hidup di masa depan.

Ras Indonesia memproduksi lebih sedikit bau badan.
Kelompok-kelompok etnis yang berbeda memiliki karakteristik bau tubuh yang berbeda. Keringat berlebih adalah masalah yang lebih banyak dihadapi oleh orang kaukasian dan afrikan, yang memiliki lebih banyak kantung rambut (tempat dimana apocrine berasal). Sedangkan orang Indonesia cenderung memiliki lebih sedikit kelenjar apocrine, itulah sebabnya orang eropa dan afrika lebih cenderung bau. Orang kulit Putih cenderung lebih bau seperti keju. Orang kulit hitam memiliki aroma cocoa butter. Orang India juga memiliki ciri bau yang khas. Orang-orang asing memiliki kecenderungan bau badan yang lebih tinggi. Tidak aneh kalau minyak wangi dan deodoran sangat laku di luar negeri. Orang Indonesia sedikit lebih wangi kecuali orang yang jarang mandi dan punya masalah bau badan tentunya.

Orang Indonesia tidak kalah cerdas
Soal kecerdasan tentunya orang Indonesia tidak kalah. Orang-orang cerdas di Indonesia sebenarnya banyak. Banyak ilmuwan Indonesia yang berprestasi di luar negeri. Ada yang bekerja di perusahaan multi nasional berkedudukan di luar negeri, lembaga riset negara asing, dan bahkan menjadi dekan di sebuah universitas Jepang.
Dengan pendidikan yang lebih baik maka bukan tidak mungkin akan banyak tercipta makhluk cerdas yang berasal dari Indonesia.

Lantas mengapa kita masih tertinggal jauh dari kebanyakan negara-negara lain?
Indonesia tentunya saat ini sedang berkembang. Kurangnya rasa percaya diri dan kurangnya kerja keras serta para pemimpin bangsa ini yang kurang pandai dan kurang punya kebanggaan terhadap bangsa ini menyebabkan bangsa kita masih tertinggal. Tentunya nanti kita harapkan di bawah kepemimpinan yang tepat, Indonesia akan maju dengan sangat pesat melebihi bangsa-bangsa lainnya.

Kita juga harus mengembangkan diri kita sendiri. Ras Indonesia tentunya harus dikembangkan lagi supaya lebih sempurna dengan pemahaman Agama untuk lebih meningkatkan moral spiritual, pendidikan yang lebih baik untuk meningkatkan pengetahuan serta Olahraga dan makanan bergizi untuk meningkatkan kemampuan fisik.

Sebenarnya masing-masing ras memiliki kelebihan masing-masing. Bangsa Indonesia juga memiliki kelebihan dari bangsa lain. Kita harus bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan pada kita. Bangsa Indonesia bisa jadi merupakan manusia yang telah berevolusi sempurna dengan fisik yang disiapkan untuk keadaan alam di masa depan. 

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com

BEDUK, KUBAH, AL-QUR'AN DAN KALENDER HIJRIAH TERBESAR DI DUNIA ADA DI INDONESIA


Indonesia adalah negara dengan jumlah penganut agama Islam terbesar di dunia dengan jumlah pemeluk sekitar 216 juta jiwa, dimana Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia. Dalam menjalankan ibadah umat Islam di Indonesia menggunakan sarana-sarana ibadah untuk membantu jalannya ibadah. Berikut ini Beduk, Al-Qur'an, Kubah Masjid, dan Kalender Hijriah terbesar di dunia :

Beduk terbesar di dunia


Beduk raksasa yang diberi nama Kyai Bagelen disebut-sebut sebagai beduk terbesar di dunia. Beduk itu memiliki ukuran panjang 2,92 meter dan diameter rata-rata 1,94 meter. Beduk itu dibuat dari dari kayu jati bercabang lima yang usianya sudah ratusan tahun yang dibuat pada masa pemerintahan Adipati Cakranegara I pada tahun 1762 Jawa atau 1834 Masehi. Beduk raksasa ini disimpan di serambi Masjid Agung Purworejo dan hanya ditabuh pada hari-hari besar Islam, seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan setiap salat Jumat.

Al-Qur’an terbesar di dunia 


Di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Shriyyah Nurul Iman Parung Bogor Jawa barat ada sebuah kitab suci AlQuran yang berukuran sangat besar. Al-Qur’an yang konon terbesar di dunia ini berukuran panjang mencapai 2 meter dan lebarnya 2,80 meter. Selain besar keunikan lainnya dari AlQuran ini yaitu bukan terbuat dari kertas tapi terbuat dari pelepah pohon pisang. Yang lebih luar biasa lagi Al-Qur’an di Ponpes Al-Shriyyah ini ternyata dibuat dengan tulisan tangan.

Kubah mesjid terbesar di dunia


Tangerang sekarang memiliki sebuah mesjid yang mengagumkan. Nama mesjid itu adalah Masjid Raya Al-Azhom. Mesjid ini dikenal dengan kubahnya yang berukuran besar. Masjid Raya Al-Azhom memiliki satu buah kubah induk dan tiga buah kubah kecil. Luas kubah masjid ini adalah 4.250 meter persegi (m2) dengan diameter seluas 63,26 meter (m). Tinggi kubah induk dari lantai dasar mencapai 36,715 meter. Banyak pihak mengklaim mesjid ini sebagai masjid dengan kubah terbesar di dunia. Lokasi mesjid ini terletak di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Lokasinya, tak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta.

Kalender Hijriah terbesar di dunia


Umat Islam di seluruh dunia menggunakan kalender Hijriyah, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menentukan hari besar. Indonesia boleh berbangga karena Indonesia memiliki Kalender Islam atau Kalender Hijriah terbesar di dunia yang terdapat di Masjid Walima Emas di Desa Bubohu, Gorontalo. Kalender hijriah tersebut sebagai pelengkap menjadikan desa Bubohu sebagai Desa Wisata Religius.

Semua sarana ibadah tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi umat Islam di Indonesia.

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com/

TEKNOLOGI KUNO BANGSA INDONESIA


Di zaman dahulu kala, para nenek moyang kita sudah menemukan banyak penemuan yang terbilang canggih. Berikut beberapa teknologi kuno asli indonesia :

Borobudur: bukti kecanggihan teknologi dan arsitektur 


Borobudur adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan bangunan candi yang sangat megah. Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit. Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur juga mengadopsi Konsep Fraktal. Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan. Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar biasa.

Kapal Jung Jawa: Teknologi kapal raksasa


Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus, para penjelajah laut Nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran laut lepas. Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit 1645 menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa," kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.

Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser oleh Jung besar Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata "Jung" digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14, mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.

Disebutkan, jung Nusantara memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara ini disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.

Keris: kecanggihan teknologi penempaan logam


Teknologi logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau. Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit dengan materi-materi alam lainnya. Keris yang mulanya dari lembaran besi yang dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangannya teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga).

Pemilihan akan batu meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat. Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat celcius, jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu derajat celcius. Titanium ternyata memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.

Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.

Benteng Keraton Buton: Arsitektur bangunan untuk pertahanan 


Di Buton, Sulawesi Tenggara ada Benteng yang dibangun di atas bukit seluas kurang lebih 20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur. Benteng yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang keliling 2.740 meter. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga/kubu pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat disebut baluara. Tiap pintu gerbang (lawa) dan baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri. Letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya ahli bangunan nenek moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk pertahanan.

Si Gale gale: Teknologi Robot tradisional Nusantara


Orang Toba Batak Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot tradisional yang dikenal dengan sebutan si gale-gale. Boneka ini menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui tali yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan “tangannya” sebagai mana layaknya orang menari.

Menurut cerita, Seorang Raja dari Suku Karo di Samosir membuat patung dari kayu untuk mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang. Sigale - gale dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak.

Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia. Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari.
Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan manusia.

Pengindelan Danau Tasikardi, Banten : Kecanggihan Teknologi Penjernihan Air


Nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air bersih. Sekitar abad ke-16-17 Kesultanan Banten telah membangun Bangunan penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi ke Keraton Surosowan. Proses penjernihannya tergolong sudah maju. 

Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik Ardi disalurkan dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan Putih, Abang, dan Emas. Di tiap pengindelan ini, air diproses dengan mengendapkan dan menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir ke Surosowan lewat serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat dengan diameter kurang lebih 40 cm. Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai.

Danau Tasik Ardi sendiri merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.

Karinding: Teknologi pengusir hama dengan gelombang suara


Ternyata nenek moyang dan leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup tradisional yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus pengusir hama. Alat musik dari Sunda ini terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dipotong menjadi tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing), pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul). Jika bagian panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas. Alat ini bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan oleh karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.

Frekuensi suara yang dikeluarkan oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama tersebut, atau bisa dikatakan frekuensi suaranya melebihi dari rentang frekuensi suara hama tersebut, sehingga hama tersebut akan panik dan terganggu konsentrasinya.
Kecanggihan Karinding sebagai bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah mampu menciptakan alat yang menghasilkan gelombang suara. Ini aadalah alat mengusir hama yang aman bagi lingkungan. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat musik seperti itu.

Rumah Gadang: Arsitektur Rumah Aman Gempa


Para nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran futuristik alias jauh maju melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi. Rumah gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala richter. Bentuk rumah gadang membuat Rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua bangunan. Rumah gadang yang tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai sambungan membuat bangunan memiliki sifat sangat lentur. Selain itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialas dengan batu sandi. Batu ini berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersebut

Darmansyah, ahli konstruksi dari Lembaga Penanggulangan Bencana Alam, Nahdatul Ulama (LPBA NU) Sumatera Barat menyebutkan, dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada di dunia pada zamannya.

Tempe: Pemanfaatan bioteknologi untuk makanan


Tempe merupakan hasil bioteknologi sederhana khas Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan. Sebenarnya mengolah kedelai dengan ragi juga dilakukan di negara lain seperti China,Jepang,India dll.Tetapi yang menggunakan Rhizopus hanya di Indonesia saja. Jadi kemampuan membuat tempe kedelai adalah penemuan orang Indonesia. Tempe sudah dikenal sejak berabad-abad lalu di Nusantara. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 telah ditemukan kata "tempe". Kini, tempe sudah merambah manca negara, tidak saja karena rasa dan aromanya, namun juga karena kandungan gizinya. Penemuan tempe adalah sumbangan nenek moyang kita pada seni masak dunia.

Pranata Mangsa: Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang kita


Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran. Dalam masyarakat Jawa dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.

Menurut Daldjoeni di bukunya "Penanggalan Pertanian Jawa Pranata Mangsa", Pranata Mangsa tergolong penemuan brilian. Kompleksitasnya tak kalah bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno, China, Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju.
Meskipun teknologi sudah semakin canggih seperti sekarang ini, penerapan perhitungan pranata mangsa masih relevan. Hal itu dikarenakan nenek moyang kita dulu mempelajari gejala-gejala alam seperti musim hujan/kemarau, musim tanaman berbunga/berbuah, posisi rasi bintang, pengaruh bulan purnama, dan sebagainya. Dengan mempelajari gejala-gejala alam tersebut nenek moyang kita dapat lebih menghargai kelestarian alam.

Sebenarnya masih banyak teknologi-teknologi yang digunakan nenek moyang kita yang tidak dituliskan disini. Dari penemuan-penemuan itu sebenarnya sejak dulu bangsa Indonesia sudah mampu menguasai teknologi canggih di zamannya maka tidak pantas lah bila kita menyombongkan diri sebagai generasi sekarang bila kita tidak menghargai dan mengapresiasi leluhur kita. Nenek moyang kita telah berhasil membangun candi-candi yang sangat indah arsitekturnya dan bertahan ratusan tahun. Nenek moyang kita juga membangun armada laut yang telah mengarungi samudra luas. 

Nenek moyang kita juga telah menemukan benda-benda yang tebilang sederhana tapi banyak manfaatnya. Itu bukti bahwa nenek moyang kita sangat cerdas. Penjajahlah yang telah membuat kita lemah dan kurang percaya diri. Karena itu, setelah menjadi bangsa yang merdeka kita harus dapat bangkit kembali untuk menyejajarkan diri dengan bangsa lain yang telah maju.

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com

KALENDER - KALENDER TRADISIONAL INDONESIA


Beberapa waktu lalu, kita merayakan tahun baru masehi yang berdasarkan penanggalan waktu yang dibuat oleh bangsa Romawi. Sebenarnya kita sendiri juga memiliki kalender tradisional atau sistem penanggalan tradisional yang dipakai beberapa daerah di Indonesia.

Berikut kalender tradisional Indonesia tersebut:

Kalender Jawa


Kalender Jawa merupakan kalender yang dibuat dengan penggabungan unsur-unsur Jawa dengan penanggalan Hijriah. Sistem kalender jawa diprakasai oleh Sultan Agung Mataram Pada tahun 1625 Masehi. Penanggalan ini dulu berlaku untuk seluruh Pulau Jawa dan Madura kecuali Banten. Dalam Kalender Jawa Sultan Agungan, nama-nama bulan mengadopsi dari nama bulan pada kalender Hijriyah sehingga ada kesesuaian dengan kondisi masyarakat Jawa Islam pada waktu itu. Kalender Jawa dalam satu tahun terbagi menjadi 12 bulan. Nama-nama bulan tersebut adalah : Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah, Besar. Dalam sistem kalender Jawa, siklus hari yang dipakai ada dua: siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang kita kenal sekarang, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu dan Minggu. Dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.

Kalender Sunda


Kalender Sunda merupakan salah satu kalender tertua di Nusantara. Kalender Sunda ini sudah memulai perhitungan sejak tahun 122 Masehi. Penentuan tanggalnya berdasarkan kala edar bulan dan matahari. Seperti kalender pada umumnya, sistem penanggalan Sunda pun terdiri dari 12 bulan. Awal bulan Kalender Sunda, Kartika dan bulan ke-12 disebut Asuji, dengan urutan Kalender Sunda, terdiri dari: Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji. Dalam satu bulan jumlah hari dalam kalender Sunda ada yang berjumlah 29 hari dan 30 hari. Pada kalender sunda ada pembagian bulan menjadi suklapaksa dan kresnapaksa sehingga tidak ada tanggal 16. Sementara dalam seminggu ada 7 hari, yaitu Radite (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Respati (Kamis), Sukra (Jumat), dan Tumpek (Sabtu). Dalam sewindu ada tiga tahun kabisat. Setiap 120 tahun, satu hari dihilangkan.

Kalender Bali


Kalender Bali merupakan kalender Saka yang sudah dimodifikasi dan diberi tambahan elemen-elemen lokal Bali. Kalender Bali digunakan oleh orang Hindu Bali di pulau Bali dan Lombok. Satu tahun terdiri dari dua belas bulan dimana pergantian tahun adalah pada tahun baru Saka yaitu tanggal satu Waisakha atau penanggal ping pisan sasih kadasa. Nama-nama bulan pada kalender Bali, yaitu: Kadasa, Jiyestha, Sadha, Kasa, Karo, Ketiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawolu, dan Kasanga. Satu minggu terdiri dari tujuh hari dimana pergantian minggu dimulai pada Redite (Minggu) dengan nama-nama hari : Redite, Coma, Anggara, Buda, Wraspati, Sukra, Saniscara.

Kalender Bugis

Pada masa sebelum Tahun 1520 masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan memiliki penanggalan dan nama-nama bulan sendiri. Istilah Nama Bulan dalam kalender Bugis, yaitu: Naagai, Palagunai, Bisaakai, Jettoi, Sarawanai, Pe'dawaranai, Sujiwi, Pacciekai, Pociyai, Mangasierai, Mangase'tiwi dan Mangalompai. Nama-nama hari dalam satu Minggu : aha', seneng, selasa, raba'/arabang, kammisi, juma' dan sattu. Orang Bugis juga memiliki sistem kalender yang khas yang disebut kotika Bilangeng duappulo, yang mengacu pada siklus dua puluh hari. Kotika atau kalender tradisional ini sering dipakai oleh para sepuh suku bugis untuk menentukan waktu, hari atau arah yang baik atau buruk. Misalnya, memberi petunjuk tentang waktu yang baik memulai mengerjakan sawah, mendirikan rumah, dan sebagainya. Dalam Kutika Bilangeng Duappulo disebutkan 20 nama hari yaitu sebagai berikut : Pong, Pang, Lumawa, Wajing, Wunga Wunga, Telettuq, Anga, Webbo, Wagรฉ, Ceppa, Tulรฉ, Aiรฉng, Beruku, Panirong, Maua, Dettia, Soma, Lakkaraq, Jepati, dan Tumpakale.

Kalender Batak Karo 


Orang Batak Karo juga mempunyai kalender tradisional yang disebut Porhalaan atau Kalender Batak Karo. Porhalaan didasarkan pengitaran bulan mengelilingi bumi, satu tahun terdiri atas 12 bulan, masing-masing 30 hari sehingga keseluruhan hari berjumlah 360 hari. Nama-nama bulan dinamakan dengan nama binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan. Adapun nama-nama bulan adalah sebagai berikut: Bulan Sipaka sada merupakan bulan kambing, Bulan Sipaka dua merupakan bulan lampu, Bulan Sipaka telu merupakan bulan gaya (cacing), Bulan Sipaka empat merupakan bulan katak, Bulan Sipaka lima merupakan bulan arimo (harimau), Bulan Sipaka enem merupakan bulan kuliki (elang), Bulan Sipaka pitu merupakan bulan kayu, Bulan Sipaka waluh merupakan bulan tambak (kolam), Bulan Sipaka siwah merupakan bulan gayo (kepiting), Bulan Sipaka sepuluh merupakan bulan belobat baluat atau balobat (sejenis alat musik tiup), Bulan Sipaka sepuluh sada merupakan bulan batu dan Bulan Sipaka sepuluh dua merupakan bulan nurung (ikan). Hari pertama setiap bulan jatuh pada bulan mati dan hari kelima belas adalah bulan purnama. Pada kalender Batak tidak pernah diketahui angka tahun karena memang tidak pernah dihitung. Kalender tersebut tidak pernah dipakai untuk penanggalan melainkan untuk tujuan meramal hari yang baik yang disebut panjujuron ari.

Selain sistem penanggalan tersebut, beberapa daerah juga memiliki sistem penanggalan lainnya. Sayangnya masih belum ada sumber tertulis yang jelas. Sudah saatnya ada yang mulai mempelajari sistem penanggalan warisan nenek moyang kita itu.

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com/

HEWAN PURBA YANG HIDUP DI INDONESIA


Biasanya jika kita ingin melihat hewan purba maka kita hanya akan melihatnya dalam bentuk fosil karena hewan purba itu sudah punah jutaan tahun yang lalu. Tapi ternyata diantara hewan purba itu masih bisa ditemukan beberapa hewan purba yang masih hidup di bumi ini termasuk di wilayah Indonesia. Hewan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada itu bisa disebut fosil hidup. 

Fosil hidup adalah sebutan bagi hewan atau tumbuhan yang dianggap sudah punah dan menjadi fosil, tetapi pada kenyataannya masih hidup. Sebutan ini dapat pula dikenakan bagi hewan/tumbuhan yang diketahui telah ada jutaan tahun lalu dengan bentuk yang tidak mengalami banyak perubahan dengan peninggalan fosilnya.

Beberapa fosil hidup hewan purba yang bisa ditemukan di Indonesia diantaranya adalah:

Komodo


Komodo merupakan spesies reptil purba endemik yang hidup semenjak zaman purba. Evolusi komodo dimulai dengan genus Varanus yang mulai berkembang di Asia antara 40-25 juta tahun yang lalu. Komodo adalah kerabat dekat dari dinosaurus. Hal ini dilihat dari ditemukannya fosil-fosil dari jenis dinosaurus tertentu yang menunjukkan kemiripan struktur tubuh dengan komodo. Dinosaurus sudah lama punah tetapi Komodo sampai sekarang masih ada. Komodo disebut sebagai Dinosaurus terakhir di dunia. Hewan satu masa dengan dinosaurus ini dikenal sebagai kadal karnivora namun mereka juga hewan kanibal karena kadang mereka memangsa anak-anak mereka. Komodo (Varanus komodoensis) adalah jenis kadal terbesar. Tercatat Komodo terbesar yang pernah ada memiliki panjang 3,13 meter dan berat 166 kilogram. Komodo dapat ditemukan di Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil di sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Habitat asli Komodo hanya bisa ditemukan di kepulauan Indonesia ini dan tidak ada di belahan dunia lain.

Penyu Belimbing


Penyu belimbing atau Dermochelys Coriacea disebut telah mendiami Bumi semenjak 100 juta tahun silam semasa dinosaurus merajai planet bumi. Penyu belimbing adalah jenis penyu terbesar. Berat penyu belimbing bisa mencapai 900 kg, dengan panjang badan sekitar satu setengah hingga dua meter. Tidak seperti penyu lainnya, penyu belimbing tidak memiliki karapas keras. Karapasnya seperti sebuah mosaik dari tulang-tulang kecil yang keras, kulitnya elastis dengan punggung membujur. Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan kawasan sub kutub dan biasa bertelur di pantai-pantai di kawasan tropis. Penyu belimbing hanya makan ubur-ubur, dan hanya ada sedikit tempat di dunia yang dipilihnya untuk bertelur. Salah satu tempat bertelurnya ada di Pantai Jamursba Medi dan Warmon terletak di Utara Kepala Burung Provinsi Papua Barat, Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw. Penyu belimbing mempunyai kebiasaan berkeliling dunia menjelajahi berbagai wilayah di belahan bumi ini.

Ikan Coelacanth


Ikan Coelacanth diduga sudah ada sejak era Devonian sekitar 380 juta tahun silam, hingga kini bentuknya tidak berubah. Coelacanth adalah ikan purba yang berasal dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Sebelumnya, ikan tersebut sempat diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun lalu. Tapi kemudian ternyata ikan ini ditemukan masih hidup. Ikan ini hanya hidup di perairan Afrika Selatan bagian barat dan perairan Indonesia timur masing-masing disebut Latimeria chalumnae dan Latimeria menadoensis. Di Indonesia ikan purba Coelacanth dapat ditemukan di perairan Talise, Minahasa Utara dan perairan Malalayang, Teluk Manado, Sulawesi Utara. Habitat ikan Coelacanth berada pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat Celsius. Di Indonesia, khususnya di sekitar perairan Manado dan Minahasa Utara, spesies ini oleh masyarakat lokal dinamai ikan raja laut.

Ikan Arwana


Ikan Arwana merupakan salah satu ikan purba yang belum punah. Studi genetik dan temuan fosil menunjukkan, ikan ini setidaknya telah hidup di bumi sejak 220 juta tahun yang lalu. Arwana termasuk ikan karnivor yang mendiami habitat sungai dan danau berair tenang. Ikan ini dapat ditemukan di Amazon, dan di beberapa bagian Afrika, Asia dan Australia. Ikan arwana (Scleropagus sp.) bisa ditemukan di perairan tawar Indonesia. Salah satu jenis Arwana adalah arwana super red yang merupakan ikan asli hulu Sungai Kapuas dan Danau Sentarum di Kalimantan Barat. Perairan ini merupakan wilayah hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut.

Buaya Muara


Buaya merupakan salah satu hewan purba yang tersisa di bumi ini. Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah salah satu spesies buaya terbesar di dunia, jauh lebih besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississipiensis). Panjang tubuh termasuk ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur. Buaya masih mempunyai kerabat dekat dengan hewan reptil purba, CrocodileSaurus yaitu nenek moyang buaya yang mempunyai panjang hampir 30 meter. Namun karena pengaruh alam, tubuh CrocodileSaurus menyusut hingga menjadi buaya muara. Buaya muara dapat ditemukan mulai dari Teluk Benggala (India, Sri Langka, dan Bangladesh) hingga Kepulauan Fiji. Indonesia menjadi habitat terfavorit bagi buaya muara selain Australia.

Belangkas


Hewan mirip kepiting ini adalah hewan jenis artopoda yang hidup di perairan dangkal dan kawasan mangrove. Kadang disebut juga dengan nama kepiting ladam, mimi, atau mintuna. Mimi adalah nama dalam bahasa Jawa untuk yang berkelamin jantan dan Mintuna adalah untuk yang berkelamin betina. Hewan ini merupakan salah satu hewan purba yang tidak mengalami perubahan bentuk berarti sejak masa Devon (400-250 juta tahun yang lalu) dibandingkan dengan bentuknya yang sekarang, meskipun jenisnya tidak sama. Bentuk hewan ini berbentuk seperti ladam kuda berekor. Meski bentuknya menyeramkan, daging dan telur belangkas bisa dijadikan makanan. Namun perlu berhati-hati karena ada bagian tubuhnya yang mengandung racun. Belangkas bisa ditemukan di perairan laut Asia Tenggara dan Amerika Utara. Di Indonesia, jenis belangkas yang ditemukan adalah Tachypleus gigas, Tachypleus tridentatus dan Carcinoscorpius rotundicauda. Jenis T. gigas banyak dijumpai di perairan estuaria hampir merata diseluruh perairan Indonesia.

Trenggiling


Trenggiling atau Pangolin termasuk salah satu hewan purba, beberapa fosil trenggiling sudah ditemukan pada masa Oligosen dan Miosen. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling dapat ditemukan di Asia Tenggara. Trenggiling yang ada di Indonesia dikenal dengan nama Trenggiling Jawa (Manis Javanica) dijumpai di daerah pegunungan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa serta Bali. Walaupun tampak seperti reptil, hewan ini tergolong mamalia. Sekarang di Indonesia sendiri hewan ini termasuk hewan yang dilindungi. Di Provinsi Jambi populasi trenggiling masih cukup banyak ditemui.

Indonesia sebenarnya sungguh menakjubkan karena di wilayah ini kita masih bisa menemukan beragam hewan purba yang unik. Populasi mereka sudah sangat sedikit dan harus dilindungi kelestariannya. Jangan sampai hewan-hewan purba ini punah seperti hewan-hewan purba lainnya yang telah punah jutaan tahun yang lalu.

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com

POHON TER UNIK DI INDONESIA


Negara Indonesia banyak ditumbuhi pohon. Beberapa diantaranya terlihat unik dan aneh. Berikut beberapa pohon unik dan aneh yang ada di Indonesia :

Pohon berlubang


Pohon Bunut ini sangat unik karena tengahnya berlubang dan ada jalan yang bisa dilalui kendaraan. Pohon ini dikenal dengan nama Bunut Bolong. Bunut Bolong terletak di Desa Manggisari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali.

Jembatan Akar 


Pohon ini sangat unik karena akarnya dirajut menjadi Jembatan Akar. Jembatan akar ini dirajut dari akar pohon yang tumbuh di kedua sisi sungai. Jembatan ini merupakan Jembatan alami yang hidup dan terus tumbuh. Jembatan akar ini ada di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Pohon pintu gerbang


Akar-akar dua pohon besar saling terhubung terlihat seperti pintu raksasa. Orang-orang ada yang menyebutnya ‘pintu gerbang’. Beberapa pendaki menjadikan pohon ini favorit mereka yang dikunjungi ketika mendaki gunung Slamet. Pohon ini bisa ditemui di hutan gunung Slamet, Jawa Tengah.

Pohon di atas tebing


Pohon yang tumbuh di puncak tertinggi tebing ini membuat pemandangan yang luar biasa indah. Tebing ini dikenal dengan nama Tabiang Takuruang. Tabiang Takuruang berada di Ngarai Sianok, Sumatera Barat.

Batu berdaun


Pohon ini sangat unik karena tampak seperti batu yang berdaun. Sebenarnya ini adalah batu besar yang di tengahnya ditumbuhi pohon. Anehnya akar utamanya tepat berada di tengah-tengah batu yang luar biasa kerasnya. Pohon ini berada di tepi pantai kawasan objek wisata di Singkep, Provinsi Kepulauan Riau.

Pohon Lanang Wadon


Pohon ini jika dilihat menyerupai dua kelamin yaitu kelamin Lelaki dan Perempuan. Bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria. Pohon ini diberi nama pohon Lanang Wadon yang berarti Laki Perempuan. Pohon ini terdapat di hutan Sangeh, Kabupaten Badung, Bali.

Pohon tumbuh di atap rumah tua


Pohon besar sejenis beringin ini tumbuh di atas atap rumah adat toraja (Tongkonan). Pohon di atap Tongkonan ini dibiarkan tumbuh karena menjadikannya terlihat unik. Pohon besar yang tumbuh di atas atap ini, akarnya tidak ada yang sampai ke tanah, bahkan tidak ada yang melewati atap ke bawah. Akarnya merambat di segala sisi atap. Pohon unik ini ada di dusun Pao, Lembang Nanggala, Toraja Utara.
sumber : http://indonesiatop.blogspot.com/

POHON - POHON ASLI INDONESIA YANG BERNILAI TINGGI SEJAK ZAMAN DULU


Sejak dahulu Indonesia memang dikenal sebagai pulau penghasil tanaman bernilai tinggi. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala,  kepulaga, dan lain-lain yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Pohon-pohon ini telah mengundang bangsa asing untuk datang ke negeri kita. 

Bangsa Eropa mencoba mencari daerah yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Sebenarnya yang dicari oleh Christopher Colombus itu adalah Hindia atau Indonesia, dan bukan Amerika. Oleh karenanya, ketika Columbus bertemu penduduk asli setempat, ia langsung menyebutnya sebagai Indian. Yang dimaksud Columbus dengan India pada waktu itu bukanlah negeri India yang kita kenal sekarang, tapi adalah wilayahnya di selatan termasuk bagian daripada yang merupakan wilayah Indonesia sekarang. Indonesia waktu itu disebut Eropa dengan Hindia timur karenanya juga Belanda menamakan jajahannya di Nusantara dengan nama Hindia Belanda. Indonesia memang memiliki pohon-pohon bernilai tinggi sehingga banyak yang mencari asal darimana pohon-pohon tersebut berasal.

Berikut pohon-pohon asal Indonesia yang bernilai tinggi sejak zaman dulu:

Cengkeh


Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Semerbak harum cengkeh, telah membius banyak negara untuk menemukan sumbernya. Ketika itu di dunia, cengkeh hanya diketahui dapat tumbuh di pulau-pulau kecil di Maluku. Ternate adalah tanah asal cengkeh selain Tidore, Makian, Bacan, dan Moti. Dari kelima pulau ini pohon cengkeh menyebar. Gara-gara harumnya kuncup bunga ini, berbagai bangsa datang mencarinya sampai ke bumi Maluku Utara.

Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn/Eugenia aromaticum) adalah tangkai bunga kering beraroma yang berasal dari keluarga pohon Myrtaceae. Dalam bahasa Inggris, cengkeh biasa disebut dengan cloves. Bunga cengkeh merupakan tunas bunga yang berbentuk lonjong dengan panjang rata-rata 1,5-2 cm saat dipanen. 

Cengkeh sejak dulu sudah menjadi bahan dagangan yang dicari oleh para pedagang India. Dalam kitab Raghuvamsa karangan Kalidasa yang menurut para ahli hidup sekitar tahun 400 M disebut Lavanga (cengkeh) yang berasal dari dvipantara. Wolter percaya bahwa yang dimaksud dengan dvipantara adalah Kep. Indonesia.

Dari Cina tercatat Dinasti Han, memanfaatkan keharuman cengkeh sebagai penyegar nafas. Pada abad ke-4, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk mengunyah cengkeh agar nafasnya harum. Semua yang hendak bertemu dan berinteraksi dengan Kaisar Cina diharuskan mengulum atau mengunyah cengkeh untuk menghindarkan kaisar dari bau nafas tak segar.

Selain oleh bangsa Cina, cengkih telah lama digandrungi orang-orang Mesopotamia. Dari penemuan arkeologi peradaban Sumeria (peradaban purba di selatan Mesopotamia, tenggara Irak) diketahui cengkeh sangat populer di Syria pada 2400 SM. Ini bukti yang sangat kuat bahwa perdagangan rempah-rempah dari kepulauan Maluku sudah ada sejak zaman purba. Catatan mengenai popularitas cengkeh dari Maluku dikemukakan arkeolog Giorgio Buccellati. Dari rumah seorang pedagang di Terqa, Efrat Tengah pada 1700 SM, ia menemukan wadah berisi cengkeh.

Pada masa lalu, harga cengkeh cukup mahal. Cengkeh sangatlah mahal pada zaman Romawi. Cengkeh jadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling populer dan mahal di Eropa, melebihi harga emas. Pada akhir abad ke 15, orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu, harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas. Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke 17. Dengan susah payah, orang Perancis berhasil membudidayakan pohon Cengkeh di Mauritius pada tahun 1770. Cengkeh lalu dibudidayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar. Pada abad ke 17 dan ke 18 di Inggris, harga cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor.

Cengkeh banyak digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Minyak esensial dari cengkeh juga mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Rempah-rempah ini telah menjadi barang berharga yang dapat digunakan untuk aneka keperluan mulai dari perasa makanan, minuman, obat-obatan, dan rokok.

Pala


The island can be smelled before it can be seen, demikian ungkap Giles Milton mengawali bukunya Nathaniels Nutmeg. Ungkapan itu kurang-lebih bermakna; kepulauan Banda dapat tercium wanginya sebelum pulaunya terlihat. Maka terbayangkan betapa luar biasa Banda dengan Pala-nya saat itu. Dalam perdagangan internasional, pala Indonesia dikenal dengan nama ”Banda nutmeg”.  Pala merupakan tanaman buah asli Indonesia, khususnya Banda dan pulau-pulau Maluku lainnya. Tanaman ini kemudian tersebar di Pulau Jawa. Sejak itu, pembudidayaan pala terus meluas sampai Sumatera. Pala kini tidak lagi "monopoli" orang Banda Naira. Sekarang sudah ada pala Grenada, yang menjadikan pala sebagai salah satu ekspor andalan mereka. 

Pala, yang dalam bahasa latin disebut Myristica Fragrant Houtt atau di Cina dikenal Loahau, sementara di India disebut Jadikeir. Buahnya bulat sampai lonjong, berwarna hijau kekuning-kuningan. Daging buahnya/ pericarp tebal dan rasanya asam.

Dalam sejarah, Eropa baru mengenal pala pada abad ke-11 melalui para saudagar Arab, meskipun ada dugaan, pala telah dikenal masyarakat Mesir kuno yang digunakan untuk mengawetkan mummi. 

Menurut catatan Fransisco de Alburquerque, seorang saudagar Portugis, Cina sejak kurang lebih 600 tahun telah berdagang dan menetap di Banda Naira jauh sebelum mereka, dan bangsa Arab. Bukti lain yang mendukung, adanya peta jalur perdagangan kuno yang membentang dari daratan Cina hingga ke Banda Naira, yang dikenal dengan silk route atau "jalur sutra".

Bangsa-bangsa dari benua Eropa pada abad pertengahan datang ke Indonesia untuk mendapatkan Pala. Harga biji dan bunga pala saat itu lebih mahal dari harga emas. Pentingnya Pala membuat Belanda sampai menukar Pulau Run di kepulauan Banda, Maluku dengan Pulau Manhattan (New Amsterdam) di Amerika Serikat. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1667 dalam perjanjian Treaty of Breda. Inggris dan Belanda menandatangani Perjanjian Breda (Treaty of Breda). Belanda memilih menyerahkan Manhattan kepada Inggris dan menukarnya dengan pulau Run. Bagi Belanda ketika itu, Pulau Run lebih penting dibandingkan dengan Manhattan hanya untuk buah pala.

Buah ini digunakan pada masakan daging di negara-negara seperti; Arab, Iran, dan utara India. Di India, masakan seperti masala adalah mengandung pala, demikian pula ras el hanout dari Moroko, dan galat dagga dari Tunisia, serta baharat dari Arab Saudi. 

Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Dalam hal ini, kulit batang dan daun pala, serta Fuli. Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, atau disebut "bunga pala".

Adapun biji pala jarang dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Padahal biji pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Juga sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lain. 


Gaharu


“Sudah gaharu cendana pula”, itulah ungkapan sejak ratusan tahun yang lalu. Dari ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa garahu dan cendana sudah dikenal sejak lama dan memiliki nilai tinggi. Kedua jenis kayu tersebut melambangkan kemakmuran.

Gaharu (Aquilaria spp.) merupakan komoditas langka dan spesies asli Indonesia. Gaharu berarti harum yang berasal dari bahasa Melayu, atau dari Bahasa Sansekerta ‘aguru’, berarti ‘kayu berat (tenggelam)’. Gaharu adalah bahan parfum yang diperoleh dari hasil ekstraksi resin dan kayunya. Dilihat dari wujud dan manfaatnya, gaharu memang sangat unik. Gaharu sebenarnya sebuah produk yang berbentuk gumpalan padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam dan berbau harum yang terdapat pada bagian kayu atau akar tanaman pohon induk  (misalnya: Aquilaria M.) yang telah mengalami proses perubahan fisika dan kimia akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Oleh sebab itu tidak semua pohon penghasil gaharu mengandung gaharu. Gaharu sebenarnya adalah hasil persenyawaan enzim jamur tertentu yang menginfeksi kayu/pohon gaharu . Persenyawaan itu menghasilkan damar wangi yang kemudian dikenal sebagai gaharu. 

Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas penting, semenjak jaman Mesir Kuno. Mumi mesir, selain diberi rempah-rempah (kayumanis, cengkeh), juga diberi cendana dan gaharu. Di pasar internasional, gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, dan minyak.

Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas termahal dan konsumsi raja-raja semenjak kerajaan kuno Mesir, Babilonia, Mesopotamia, Romawi, dan Yunani. Mumi-mumi di Mesir, selain diolesi kayu manis dan cengkeh, juga diberi minyak mur, minyak cendana, dan minyak gaharu.

Sejarah telah membuktikan bahwa keharuman gaharu telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. Sejak zaman dahulu, gaharu menjadi komoditas perdagangan dari kepulauan nusantara antara lain ke India, Persia, Jazirah Arab, dan Afrika Timur.

Gaharu sejak zaman dahulu kala sudah digunakan, baik oleh kalangan bangsawan (kerajaan) hingga masyarakat suku pedalaman di pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia. Gaharu adalah bahan parfum, kosmetik dan obat-obatan (farmasi). 

Indonesia merupakan negara produsen gaharu terbesar di dunia dengan kualitas terbaik. Manfaat gaharu antara lain getahnya untuk bahan pembuatan hio dan dupa serta industri kosmetik, sedangkan pohonnya berguna untuk konservasi lingkungan karena secara baik mampu menyerap air. Gaharu merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat di negara-negara Timur Tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan. Masyarakat di Asia Timur juga menggunakannya sebagai hio. Minyak gaharu merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri kosmetika seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka serta obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, antialergi, obat batuk, penenang sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan aroma terapi.


Kapur barus


Pada al-Qur’an surat al-Insan (76) ayat ke 5 menyebutkan: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan akan meminum dari gelas, minuman yang dicampur kafur”. ( AlQuran 76:5). Kafur yang dimaksud ayat itu menurut beberapa pendapat adalah kapur barus.  Dari konteks ayat tersebut jelas bahwa kafur merupakan sesuatu yang mewah dan istimewa.

Keberadaan kafur ini telah dicatat oleh Ptolemy, geograf Yunani yang dinyatakan berasal dari Barus (Barousai). Barus ini merupakan sebuah daerah di sekitar utara Sumatera. Sebuah peta kuno yang dibuat Claudius Ptolemos, dari Yunani pada abad ke-2 Masehi ini, bahwa di pesisir sumatera telah terdapat sebuah Bandar niaga bernama Baraosai yang menghasilkan wewangian dan kapur barus.

Nama Ilmiah dari Kapur Barus yaitu Cinnamomum camphora. Kapur barus disebut juga dengan kamfer (atau camphor dalam bahasa Inggris). Tanaman ini adalah pohon besar, tinggi hingga 65 m atau bahkan 75 m, ditemukan di hutan campuran pada tanah yang dalam humat berpasir kuning. Tanaman ini adalah kayu keras berat. Kamfer tersebut diambil dari bagian tengah pohon kapur. Kamfer dahulu kala dibuat dari potongan kayu batang pohon Cinnamomum camphora. Dimana potongan-potongan kecil kayu ini direbus dan melalui proses penyulingan dan penghabluran diperoleh kristal kamfer sebagai bahan baku untuk diproses di pabrik. 

Kapur barus inilah salah satu hal yang menarik para pedagang Cina, India, Parsi, Arab, Turki, dan Eropa datang ke Barus. Sedemikian tersohornya kota Barus sebagai penghasil bahan baku kamfer sejak abad ke 9, hingga semua saudagar dari seluruh penjuru dunia berlayar ke Barus untuk membeli kayu penghasil kamfer ini.

Sejak abad ke-4 sampai abad ke-10 Masehi atau sesudahnya, kapur barus atau kamper merupakan barang komoditas di sebagian besar dunia, dari Cina sampai kawasan Laut Tengah (meliputi Indocina, Asia Tenggara, India, Persia, Timur Tengah, bahkan Afrika). Sumber tertua yang menyebutkan kamper adalah catatan seorang pedagang Cina awal abad ke-4 Masehi, yang menelusuri Jalur Sutra. Di Barat, catatan tertua tentang kamper berasal dari tulisan seorang dokter Yunani yang tinggal di Mesopotamia, bernama Actius (502-578). Sementara itu, kronik Dinasti Liang (502-557) di Cina mengaitkan kamper dengan sebuah daerah yang nanti dikenal dengan Barus.

Mesir diketahui telah mengimpor sejumlah komoditi dari selatan, di antaranya kapur Barus dari kota Barus di pesisir timur Sumatera. Kapur Barus yang diolah dari kayu kamfer telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5. 000 tahun sebelum masehi.

Pada zaman dulu, Kapur Barus sudah menjadi barang yang sangat penting sehingga Banyak orang Eropa dan Timur Tengah berdatangan ke Barus. Menurut Marco Polo, harga kapur barus semahal emas dengan berat yang sama.

Tapi sayang dewasa ini kapur barus diproduksi tidak lagi memakai bahan baku kayu pohon kamfer, tetapi dibuat secara sintesis dari minyak terpentin. Kapur atau kamfer dari Barus berbeda dengan kapur barus yang digunakan masyarakat modern untuk membasmi serangga atau rayap.  Kamfer dari Barus penting untuk farmasi atau pengobatan kuno, pembalseman mummi (mummy),  obat dan wewangian.


Cendana


Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental (1514) menulis bahwa para pedagang sering mengatakan "Tuhan menciptakan Maluku untuk cengkeh, Banda untuk pala, dan Timor untuk kayu cendana".

Cendana (Santalum album L.) adalah tanaman khas yang tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur. Konon karena pohon cendana inilah pulau Sumba kemudian mendapatkan julukan sebagai Sandalwood Island.

Sejarah membuktikan, bahwa cendana telah diperjualbelikan sejak abad ke-3. Waktu itu banyak kapal dagang yang datang ke Pulau Timor dan Pulau Sumba, kemudian diangkut ke pelabuhan transito di wilayah Indonesia bagian barat (Sriwijaya) untuk selanjutnya diteruskan ke India. Hal tersebut menarik perhatian bangsa-bangsa lain, hingga pada abad ke-15 datanglah bangsa Eropa (Portugis, Belanda) ke Pulau Timor untuk melakukan transaksi cendana. Sejak itu perdagangan cendana semakin marak, di Pulau Timor terdapat 12 pelabuhan yang ramai dikunjungi kapal dagang mancanegara. Banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian barat dan Cina berlayar ke berbagai wilayah penghasil cendana di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau Sumba dan Pulau Timor. 

Oemerling dalam bukunya The Timor Problem menuliskan bahwa penyelidikan sumber-sumber Cina yang kuat menyatakan bahwa Timor sudah menghasilkan kayu cendana untuk pasaran Asia ratusan tahun sebelum Vasco da Gama berlayar mengelilingi Tanjung Pengharapan Baik. Inspektur Cina Chau Yu Kua pada tahun 1225 telah menulis bahwa Timor kaya dengan kayu cendana dan telah melakukan hubungan perdagangan dengan Jawa.

Schrieke (1925) menegaskan bahwa paling lambat tahun 1400, atau mungkin sudah sejak sebelumnya, Timor telah dikunjungi oleh para pedagang dari pelabuhan-pelabuhan Jawa secara teratur. Para pedagang Islam dari India sejak tahun 1400 telah berdiam di kota pelabuhan jawa bagian Timur sehingga mereka juga telah mengadakan kontak perdagangan cendana dengan Timor. Minyak cendana sudah termasyur di Asia Timur sejak dahulu kala karena kasiatnya.

Sejak jaman kuno cendana telah dipergunakan oleh orang Hindu dan Cina sebagai dupa dalam rangka upacara keagamaan dan kematian. Di samping itu orang Hindu menggunakan tepung cendana sebagai bedak pelabur kulit untuk membedakan kasta Brahmana dan kasta lainnya. Kayu cendana juga dimanfaatkan untuk patung, bahan kerajinan dan perkakas rumah tangga. Dalam pembakaran mayat orang Hindu kadang-kadang digunakan pula kayu cendana. Minyak cendana yang wangi baunya digunakan sebagai bahan pengobatan dan campuran minyak wangi (parfum).

Greshoof (1894-1909) menuliskan bahwa para tabib Arab sudah mengenal minyak cendana sejak tahun 1000 Masehi. Cendana dikenal sebagai barang mewah di Eropa khususnya perusaha farmasinya. India sejak perang dunia pertama memasarkan minyak cendana ke Eropa dan lebih mengambil keuntungan besar dari Timor karena Timor saja yang menghasilkan kayu cendana - (Risseuw 1950). Selain pelabuhan Fatumean / Batumean (Tun Am - Amanatun), juga ada pelabuhan dagang yang ramai dikunjungi seperti Kamanasa, Mena, Sorbian, Samoro, Ade (Timor, Ende et Solor par Godinho en 1611).

Sebenarnya masih banyak tanaman Indonesia yang bernilai tinggi selain dari yang disebutkan di atas. Jika semua itu kita kembangkan bukan tidak mungkin hasil alam Indonesia itu akan dapat membuat rakyat di Indonesia lebih sejahtera.

sumber : http://indonesiatop.blogspot.com