GAMELAN JAWA SENI KHAS INDONESIA


Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya.

Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar.

Kemudian menurut om Wikipedia, gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel.

Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan. 


Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa 



Dalam pertunjukannya kemarin di London, para penonton yang memadati British Museum di BP Lecture Theater dibuat terpukau. Dalam pertunjukan tersebut menampilkan kesenian Gamelan Southbank London dan tarian Jawa yang dibawakan penari Ni Made Pujawati.

Mari kita beranjak ke Pulau Dewata atau Bali. Para seniman Bali mengadakan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang salah satu tujuannya adalah membangkitkan kembali kesenian dan tabuh jenis kuna yang hampir punah.

Salah satunya adalah Gambang yang merupakan Gamelan langka dan sakral. Gambelan Gambang yang ada di beberapa desa dan jumlahnya bisa dihitung dengan jari di Bali, kondisinya cukup memprihatinkan, karena kesakralannya dimainkan hanya untuk mengiringi upacara keagamaan. Di Bali tengah dan selatan gamelan ini dimainkan untuk mengiringi upacara ngaben.

Sementara di Bali Timur (Karangasem dan sekitarnya) Gambang juga dimainkan dalam kaitan upacara odalan di Pura-pura (tempat persembahyang bagi umat Hindu), yang penabuhnya hampir semua pria berusia lanjut akibat tidak ada regenerasi, kata Dewa Nurjana yang seniman tabuh ini.

Gamelan Gambang, berlaras Pelog (tujuh nada), dibentuk oleh enam buah instrumen berbilah. Yang paling dominan adalah empat buah instrumen berbilah bambu yang dinamakan gambang yang terdiri dari (yang paling kecil ke yang paling besar) pametit, panganter, panyelad, pamero dan pangumbang. 




Setiap instrumen dimainkan oleh seorang penabuh yang mempergunakan sepasang panggul bercabang dua untuk memainkan pukulan kotekan atau ubit-ubitan, dan sekali-kali pukulan tunggal atau kaklenyongan. Instrumen lainnya adalah 2 tungguh saron krawang yang terdiri dari saron besar.

Ia mengatakan, para anak muda sekarang hampir tidak banyak mengenal gambelan gambang tersebut, akibat tidak ada yang mempelajarinya sehingga dikhawatirkan mempercepat kepunahannya, oleh sebab itu diharapkan lewat PKB anak-anak remaja mulai mengenalnya dan mencintai nantinya.



Para seniman asing yang pernah kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, justru banyak mempelajari seni gambelan gambang, dan nantinya akan dikolaborasikan dengan seni di negerinya. Mahasiswa yang mempelajari gambelan gambang ada dari Amerika, Eropa dan Jepang.