TRADISI RUWATAN RAMBUT GIMBAL


Mengenalkan tradisi indonesia memanglah sangat menarik untuk kita ketahui, seperti halnya dengan tradisi ruwatan yang merupakan sudah menjadi tradisi. Tradisi ruatan itu biasanya di lakukan ketika tumbuhnya rambut gimbal yang ada pada bocah -bocah dieng. Karena menurut warga setempat bocah gimbal itu merupakan titisan Ki Kolodete, salah satu tokoh yang dipercaya sebagai leluhur masyarakat Dieng.

Karena itulah mengapa rambut bocah gimbal hanya boleh digunting saat ruwatan. Konon katanya jika dipotong tanpa upacara ruwatan, maka rambut gimbal akan tumbuh kembali serta mendatangkan petaka.


Untuk menjalankan tradisi ini pun ada syarat yang harus di penuhi oleh orang tua bocah yang akan di ruwatan itu, Karena bocah yang akan di ruwatan itu akan meminta persyaratan kepada orang tuanya, permintaanya pun macam - macam.

Untuk acara ruatan sendiri pun biayanya cukup mahal. Mangkanya sebagian orang biasanya menggikuti acara ruatan secara masal. Karena biayanya sudah di tanggung oleh pemerintah setempat.

Tradisi Ruatan ini biasanya Digelar setiap bulan Juli atau Agustus, Nah tradisi ruwatan anak gimbal ini menjadi agenda wisata paling menarik di Dieng.

Untuk Memulai Ritual ruwatan rambut gimbal biasanya akan di muali  dari rumah Naryono, pemangku adat Desa Dieng Kulon yang sekaligus menjadi pemimpin prosesi. Di rumah ini berbagai sesaji pun telah di persiapkan seperti  tumpeng berbagai warna, jajan pasar, bubur nasi, ayam panggang, serta kembang setaman.


Dengan di mulainya prosesi ruatan itu biasanya kepala anak gimbal itu akan di ikat dengan  kain putih sampai menutupi jidat mereka. Kemudian mereka akan dikirab menyusuri perkampungan Dieng Kulon, kemudian melewati Jalan Raya Dieng, lalu arak-arakan berakhir di pelataran Candi Arjuna.  

Tradisi ruawatan  meriah itu segera dimulai. Para bocah gimbal itu di arak dan  diangkut dengan andong. Selain itu para penari dan  pemusik dan pemain barongsai segera beraksi. Sehingga menambahkan ke meriahan itu.

Lalu Di depan sumur Sendang Sedayu, para pemangku adat berdoa khusuk lalu mengambil air yang akan dipakai untuk jamasan. Sebagai syarat prosesi, air dari sumur Sendang Sedayu harus dicampur dengan kembang tujuh rupa dan air dari enam sumber mata air lainnya. Lalu air suci itu di usapkan kepada bocah gimbal itu.

Dan bocah itu di bawa  ke pelataran Candi Arjuna untuk mengikuti ritual puncak, yakni pemotongan rambut. Sebelum digunting, tiap helai rambut gimbal dimasukkan cincin keramat dan diasapi dengan kemenyan. Kemudian satu persatu tetua adat dan tokoh masyarakat menggunting rambut bocah gimbal.

Kemudian Rambut gimbal yang telah dipotong kemudian dilarung di Sungai Serayu yang bermuara di Laut Selatan. Dengan begitu, segala malapetaka dianggap sudah dijauhkan dan si anak menjadi sumber berkah bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.