KEBO-KEBOAN - TRADISI UNIK DARI BANYUWANGI


Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat khususnya yang mendiami beberapa daerah di Indonesia sebagai wujud rasa syukur, lantaran telah diberikan keselamatan dan kesejahteraan dengan melimpahnya hasil panen. Seperti yang dilakukan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi, khususnya Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi dan Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh yang rutin menggelar tradisi Kebo-Keboan.

Tradisi yang awalnya bertujuan untuk memohon datangnya hujan saat musim kemarau agar penduduk bisa bercocok tanam ini bermula saat Dusun Krajan didera oleh masalah yang salah satunya adalah serbuan berbagai macam hama yang berimbas pada matinya tanaman (pagebluk). Seorang tokoh masyarakat bernama Buyut Karti mengadakan ritual dengan cara menirukan perilaku seekor kerbau yang sedang membajak sawah. Ritual tersebut berhasil mengusir hama dan menghasilkan panen yang melimpah. Sejak saat itulah ritual Kebo-Keboan dilakukan setiap tahun.

Lepas menyulap jalan kampung layaknya lahan pertanian dengan ditanami beragam hasil panen seperti tanaman palawija, padi, pisang hingga mangga yang melambangkan kesuburan dan kesejahteraan, masyarakat pun mulai menyemut di penjuru kampung. Proses sosialisasi lewat sistem getok tular alias dari mulut ke mulut memang sangat efektif di pedesaan. Tradisi ini diawali dengan ritual selamatan yang dilakukan ditengah jalan pada pagi hari dengan dipimpin oleh seorang Kyai. Kyai tersebut juga mendoakan sesaji yang terdiri dari tumpeng, peras, air kendi, kinang ayu, aneka jenang hingga inkung ayam, serta kue, dan nasi tumpeng yang nantinya dibagikan kepada masyarakat yang hadir.

Setelah visualisasi Dewi Sri lewat, perlahan muncul puluhan pria yang sekujur tubuhnya dibaluri arang, rambut dan tanduk palsu serta bertingkah laku layaknyanya kerbau dengan halauan petani yang membopong hasil panen. Rombongan peserta ritual berjuluk Ider Bumi ini selanjutnya berjalan menuju bendungan diiringi oleh lantunan gending. Kemudian bendungan tersebut dibuka sehingga air mengaliri jalanan yang telah ditanami palawija. Aroma kemenyan sontak menyeruak sesaat lepas dupa dibakar setia menemani hingga proses ritual selesai.

Kemudian rombongan menuju ke area persawahan milik warga Dusun Krajan. Disana, para “kerbau” tadi berkubang, membajak sawah seperti pada umumnya yang diikuti oleh beberapa orang pemuda yang menanami benih padi. Puncaknya adalah ketika warga berebut benih padi yang ditanam tadi. Namun tidaklah mudah, karena “kerbau-kerbau” yang sudah diberi mantra akan secara beringas menghadang bahkan menyeruduk warga yang berusaha mengambil benih padi tadi. Benih padi tersebut dipercaya sebagai penolak bala, mendatangkan keberuntungan dan membawa berkah. Tradisi ini diakhiri dengan pagelaran wayang kulit malam harinya. Selain dipercaya dapat membawa berkah dan menolak bala, Tradisi Kebo-Keboan ini sarat akan nilai kebersamaan, ketelitian, gotong royong, dan religious. Tak heran jika Tradisi Kebo-Keboan masih dijalani hingga sekarang, sekaligus ngleluri (memelihara) warisan nenek moyang.