Taman Sari yang terletak di Jl. Taman Yogyakarta Kota/Kraton ini mempunyai keindahan arsitektur yang masih bisa kita lihat hingga sekarang. Kendati sudah tidak selengkap saat dibangun pertama kali pada tahun 1757, namun sisa-sisa kejayaan tempo dulu masih jelas tergambar hingga kini. Taman Sari sering disebut sebagai istana air karena didalamnya terdapat kolam pemandian. Sejatinya, Taman Sari lebih dari sekedar pemandian. Ia menjadi tempat perlindungan sekaligus pertahanan dari serangan musuh.
Didirikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, ada banyak bagian dari Taman Sari yang menarik untuk dilihat. Atraksi utama untuk para pengunjung adalah kolam pemandian yang dihiasi beberapa pot-pot bunga. Karena berfungsi sebagai pemandian, kolam tidak terlalu dalam. Di salah satu sudutnya terdapat menara yang memungkinkan kita untuk melihat pemandangan yang utuh seluruh kawasan pemandian. Konon melalui tempat inilah Sultan melihat para selir yang sedang berendam dan memilih salah satu diantara mereka untuk menemani dengan melempar sekuntum bunga. Di bagian ini pula keindahan arsitektur Taman Sari tampak. Kolam memancarkan pendar-pendar gelombang air. Belum lagi pancuran yang terus menyuarakan gemericik air. Ada tiga bagian kolam pemandian di Taman Sari yakni umbul muncar, blumbang kuras dan umbul binangun.
Selain menyiratkan sebagai tempat peristirahatan, Taman Sari juga menegaskan aura religius mistis. Disinilah Sultan kerap bersemedi dan bertemu dengan Nyi Roro Kidul. Nyi Roro Kidul dikenal sebagai penguasa pantai selatan yang menjadi teman diskusi Sultan saat membincangkan berbagai masalah kenegaraan dan pemerintahan.
Nah, salah satu sudut yang paling menarik dari Taman Sari adalah masjid bawah tanah. Masjid ini berbentuk seperti lorong yang memutar. Terdiri dari 2 lantai yang digunakan untuk memisahkan antara jemaah pria dan wanita. Jika Anda berada di sini, niscaya yang terasa adalah hawa dingin dan sejuk sepanas apapun cuaca di luar sana. Lorong-lorong ini dilengkapi dengan lampu-lampu kecil yang membangun suasana temaram. Di salah satu bagian masjid terdapat mihrab yang digunakan Imam untuk memimpin shalat berjamaah. Indahnya arsitektur dan lorong masjid bawah tanah ini membuatnya sering digunakan sebagai tempat pemotretan khususnya untuk lokasi foto pre-wedding.
Menyusuri Taman Sari yang berada di kawasan keraton ini tidak hanya mengasyikkan tetapi juga memberikan pengalaman wisata yang berharga. Taman Sari terletak di tengah perkampungan warga yang kini disebut dengan Kampung Cyber. Penamaan ini bukan tanpa alasan. Kampung Cyber menunjukkan bahwa setiap rumah di perkampungan ini terhubung dengan akses internet. Menarik bukan?
Bagi Anda yang tertarik mengunjungi Taman Sari, cukup naik becak dari keraton. Sesampainya disana Anda bisa meminta memandu wisata untuk menemani berjalan-jalan. Mereka tidak pernah menetapkan tarif, para pelancong bisa memberikan sejumlah tip dengan sukarela. Anda hanya perlu membayar tiket masuk Rp. 3.000 untuk wisatawan domestik dan Rp. 7.000 untuk turis mancanegara. Taman Sari buka setiap hari pukul 09.00-15.30 WIB. Jika datang terlalu sore, Anda bisa mengakses Taman Sari melalui pintu belakang dan melihat kolam pemandian dari rumah warga.
Sumber : http://yogyakarta.panduanwisata.com