Merupakan salah satu pura tertua di Nusantara. Letaknya bertopografi pegunungan dan berhawa sejuk yakni Senduro yang diyakini dekat dengan nilai spiritual umat Hindu yakni sejarah gunung Semeru.
Pura yang biasanya dijuluki Pura Kahyangan Jagat (tempat memuja Hyang Widhi Wasa) pada hari-hari tertentu ramai dikunjungi umat Hindu, terutama dari Bali. Maka jangan heran kalau melihat atribut khas Bali yang terdapat di sepanjang jalan menuju ke pura ini. Seperti untaian janur, sesajen, patung bersarung dan taburan bunga-bunga.
Bangunan pura merupakan bangunan utama dari objek wisata religi ini. Selain itu juga terdapat aula besar yang biasanya digunakan untuk acara pertemuan dan pagelaran budaya, letaknya berada di samping timur. Kalau lewat dari gerbang depan, maka kita akan disuguhi pemandangan lapangan rumput hijau nan luas. Sungguh terasa di Bali!
Keunikan pura ini selain bangunannya adalah kebiasaan umat Hindu yang melakukan sembahyang di sana akan pergi ke dua pura yang lain, yakni pura Ranupane dan pura Petirtan. Jadi, pura Mandara Giri Semeru Agung merupakan pura utama diantara dua pura yang lain. Dan benar-benar serasa berada di Bali!
Konon, Pura Mandiri Giri Semeru Agung dikenal sebagai tempat sakral dan dituakan kerajaan – kerajaan Hindu Bali. Meskipun baru dibangun tahun 1986, keberadaanya menjadi perhatian umat Hindu dari berbagai tempat, khususnya penganut Hindu Bali. Makanya, tidak heran kalau tempat ini setiap tahunnya menyedot perhatian puluhan ribu orang yang datang untuk melakukan upacara – upacara keagamaan dan sekaligus melakukan kunjungan wisata ritual. Bangunan pura yang berada dilereng Gunung Semeru terlihat sangat artistik yang dilengkapi dengan kisi – kisi bangunan lainnya, seperti bale patok, bale gong, gedong simpen, bale kulkul, pendopo dan masih banyak yang lainya.
Ketika dibangun, Pura Mandara Giri bermula hanya berada diatas tanah pekarangan seluas 20 x 60 meter. Setelah 3 tahun kemudian, areal tanah berkembang menjadi dua hektar. Sehingga, bangunan pura yang semula nampak sederhana, kini, sudah berkembang megah. Menjaga senyawa bangunan, dan fungsinya, pura ini tak pernah sepi dari aktifitas keagamaan. Bermula dari upacara Pamlaspas Alit dan Mapulang Dasar Sarwa Sekar yang digelar pada Minggu manis, Wuku Menail, 8 Maret 1992, Pura ini mulai menjadi saksi digelarnya beberapa upacara suci.
Keadaan inilah yang menjadikan PuraMandagiri Semeru Agung, kini terus dipadati kegiatan keagamaan. Bahkan, pada hari – hari istimewa, pura ini bisa I mendatangkan pengunjung hingga 10 ribu lebih. Selain bertujuan untuk persembayangan, yang lainnya datang hanya untuk melihat prosesinya saja. Sangking melubernya pegunjung, mereka harus kesulitan mendapatkan penginapan. Rumah – rumah penduduk sekitar Pura, telah menyediakan jasa penginapan, selain hotel – hotel yang < ada di Lumajang, selalu penuh dengan tamu – tamunya. Teristimewa, puncak kunjungan wisata ini terjadi saat peringatan hari ulang tahun Pura yang 1 hampir satu bulan penuh, dipadati dengan berbagai kegiatan keagamaan.
Terkait dengan hari jadi Pura, tenti tidak terlepas dari sejarah pendiriannya.1 Masyarakat Hindu di Kecamatan Senduroj Lumajang, sejak tahun 1970 sudah ada gagasan untuk mendirikan Pura. Dengan modal semangat dan dukungan bersama, umat bersama para tokoh mempersiapkan semuanya. Terutama pada saat upacara Memendak Tirtha dan Mjejauman ke Gunung Semeru, digelar pada setiap tahun dalam bulan Juli yang selalu menampilkan tari-tarian daerah Bali. Yang pasti, Pura Mandagiri Semeru Agung, kini juga ditetapkan sebagai obyek Wisata Ritual (Keagamaan) yang dilakukan oleh Umat Hindu, terutama masyarakat Bali yang datang melakukan Berada di Kecamatan Senduro, letaknya sekitar 25 Km ke arah barat dari Kota Lumajang.