
Di Surabaya, untuk memperingati nilai juang dan patriotisme itulah, maka Monumen Bambu Runcing dibangun. Terletak di jalan Panglima Sudirman, monumen ini berada tepat di jantung kota Surabaya. Di tengah ramainya lalu lintas kota, monumen bambu runcing menjadi ikon pariwisata kota Surabaya yang berhubungan dengan situs sejarah perjuangan bangsa. Monumen Bambu Runcing terdiri dari 5 pilar dengan tinggi masing masing tidak sama serta dibentuk menyerupai bambu runcing. Pada saat tertentu, terdapat air yang mengalir keluar dari bambu runcing bagaikan air mancur. Disamping itu sekitar area monumen ini dikelilingi oleh taman kecil yang penuh dengan aneka ragam tumbuhan hias. Taman hias tersebut berfungsi ganda, tak sekedar sebagai tempat bagi warga Surabaya untuk bisa rileks menikmati suasana taman, namun fungsi lain taman yang dibuat antaran tahun 1900-an juga berfungsi sebagai penyerap polusi udara.
Pada masa penjajahan Belanda, jalan Panglima Sudirman ini awalnya bernama Palmenlaan. Palm-berarti pohon palm, dan laan-berarti jalan yang lebar. Saat itu di sepanjang Jalan Panglima Sudirman pada sisi kiri dan kanan jalannya telah ditanami pohon-pohon palm untuk peneduh jalan.

Pada malam hari, di sekitar kawasan Monumen Bambu Runcing banyak dikunjungi anak-anak muda. Selain mereka yang tergabung dalam klub motor, sebagian menikmati bersama teman atau keluarga sekedar menghabiskan waktu untuk mengbrol atau minum kopi.
Sementara pada minggu pagi, tempat di sekitaran Bambu Runcing ini kerap dijadikan tempat berolahraga, sekedar joging atau meng-gowes sepeda.
Di seputaran kawasan jalan Panglima Sudirman, tepat Monumen bambu Runcing ini berada, selain sebagai destinasi wisata, kawasan ini merupakan daerah sibuk, deretan bank-bank, hotel, restauran, toko dan kantor-kantor berdiri di tepi jalan ini. Hal ini merupakan buah besar kemerdekaan yang telah dicapai. Perjuangan para pendahulu bangsa yang berjuang demi kemerdekaan, berbuah menjadi pembangunan Kota Surabaya seperti sekarang ini. Monumen Bambu Runcing ini sendiri merupakan pengingat bagaimana perjuangan itu dulu dicapai dengan keringat, darah, dan air mata.
Sumber : http://panduanwisata.com